Wednesday, March 7, 2007

....kapitalisme industri...

Kapitalisme Ala U2

Praktik mereka mirip dengan yang dijalankan perusahaan-perusaha an besar.

Di antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Muhammad Yunus dari Bangladesh, keduanya kandidat penerima nobel perdamaian 2006, muncul nama Irlandia, Paul Hewson. Oleh sejumlah media di AS dan Inggris, Paul Hewson dinilai berhak menggondol nobel itu, karena di sela aktivitasnya sebagai vokalis grup rock beken U2, Paul Hewson alias Bono, mengampanyekan pengentasan kemiskinan di Afrika.

Demi Afrika, Bono bebricara dengan Presiden AS George W Bush atau bercengkrama bersama dedengkot Microsoft Bill Gates. Bono juga terlihat berdiskusi serius dengan mantan presiden AS Bill Clinton, bahkan berangkulan akrab dengan tokoh legendaris Afrika Sleatan, Nelson Mandela. Daftar ini makin panjang bila ditambah PM Jepang Shinzo Abe dan PM Irlandia Bertie Ahern.

Bukan cuma tokoh penting, penonton konser keliling dunia U2 2005 pun diajak peduli Afrika. Di arena konser yang gelap, dengan latar belakang lampu silau, Bono melantunkan salah satu hits U2, One. Di tengah-tengah lagu, Bono memohon fans U2 rela mengirim pesan pendek dari ponsel mereka ke ONE, salah satu organisasi nirlaba milik Bono yang tujuannya menghapus kemiskinan. Total 131 konser yang ditonton lebih dari 4,6 juta fans U2, SMS yang terkumpul mencapai 500 ribu.

Fans U2 mau mengikuti jejak Bono karena pria kelahiran Dublin 46 tahun lalu ini kharismatik. Lihat saja dandanannya: kemeja lengan panjang dan celana hitam, kacamata khas yang bentuknya lebar juga berwarna hitam, dan terkadang topi cowboys.

Namun Bono tak cuma menjual tampang dan gaya. Konon, pria yang menikahi teman SMU-nya di Dublin ini, jago lobi tingkat tinggi. Berkat lobi itu, Bono mendirikan tiga organisasi sosial, yaitu DATA (Debts, AIDS, Trade Africa), ONE, dan RED. ''Bono adalah pelobi yang sangat berbakat,'' puji Jamie Drummond, Direktur Eksekutif DATA, seperti dikutip dari Majalah Bloomberg Market edisi Maret 2007.

''Ia sangat persuasif dan kharismatik. Saat berbicara dengan para politisi, Bono mengingatkan mereka saat awal-awal politisi itu terjun ke dunia politik. Penuh dengan idealisme dan tekad,'' tambah Jamie. Bono juga sukses menggandeng perusahaan kakap macam Nike, American Express, GAP, Giorgio Armani, Motorola, dan Apple untuk mau menyisihkan 40 persen pendapatan belum dipotong pajaknya ke RED. Organisasi ini menggunakan dana tersebut guna memerangi AIDS, TBC, dan malaria di Afrika.

Belum puas, Bono bahkan mendirikan perusahaan pakaian Edun, yang tujuannya meningkatkan perdagangan di negara-negara berkembang. Edun menjual kaos oblong buatan Lesotho, Afrika, seharga 54 dolar AS di pusat pertokoan bergengsi di London. Rompi wool dari Peru yang ada di gantungan baju dibanderol 145 poundsterling dan jaket asal India yang mengkilat dihargai 240 poundsterling. Sebagian dari harga jual ini masuk ke organisasi Bono, ONE.

Sisi lain
Itu satu sisi Bono dan U2 yang kita lihat di layar televisi atau dibaca di media massa. Tapi bak dewa Janus dalam mitologi Romawi yang berwajah dua, maka Bono dan U2 punya sisi lain yang 180 derajat sangat berbeda.

''U2 adalah contoh dari kapitalisme tulen,'' kecam Jim Aiken, perantara konser U2 di era 1980 dan 1990-an. Aiken kerap membawa U2 manggung di Dublin saat itu. Apa wujud kapitalisme tulen a la U2 dan Bono? Jawabnya, mereka meminimalisasi pajak. Konser U2 bertajuk Vertigo sukses meraup keuntungan kotor 389 juta dolar AS hanya dari tiket. Vertigo didaulat sebagai konser paling laku kedua sepanjang sejarah. Di bawah konsernya si bibir dower Mick Jagger dan The Rolling Stones yang meraup 425 juta dolar AS di akhir 2006.

Bloomberg Market menelusuri dana hasil konser U2 bertumpuk di sejumlah anak perusahaan U2 yang berdomisili di Irlandia. Konon dananya dikerjai agar pajaknya rendah. Guna makin merendahkan setoran pajaknya, U2 juga rela memindahkan perusahaan rekaman mereka dari Irlandia ke Belanda, Juni 2006. Alasannya, pajak perusahaan sektor rekaman di Belanda termasuk yang terendah se-Eropa.

Kontan, perpindahan itu menuai kecaman dari akuntan-akuntan pajak setempat. ''Siapapun harus membayar pajaknya dengan adil ke pemerintah. Karena dari pajak kita bisa membangun jalan, sekolah, dan lain-lain,'' tandas Dick Molenaar, konsultan pajak dari firma All Arts Tax Advisers, Rotterdam. Sayangnya, U2 kecele, karena enam bulan sesudahnya Irlandia justru menurunkan tarif pajak serupa.

Ada juga cerita, saking doyannya meminimalisasi pajak, direktur eksekutif U2 sampai ditugaskan tinggal di luar negeri. Dengan demikian pajak perorangan yang harus ditanggung menjadi lebih rendah. Pemerintah Irlandia tidak lagi memajaki lima orang, melainkan hanya empat orang anggota U2, yaitu Bono, The Edge sang gitaris, Adam Clayton pemetik bas, dan penggebuk drum Larry Mullen.

Bagi U2, apa yang mereka lakukan ini sah. Aturan pajak di Irlandia maupun di Belanda memungkinkan perusahaan merestrukturisasi diri mereka agar pajak yang dibayar tetap rendah. Manajer U2, Paul McGuinnes, malah menggambarkan U2 sebagai bisnis yang taat pajak, bercermin dari aturan itu.

''Sedikitnya 95 persen dari bisnis U2 termasuk rekaman dan penjualan kami tempatkan di luar Irlandia. U2 membayar pajak dengan tarif yang sangat beragam di seluruh dunia. Kami juga menaati hukum pajak Irlandia,'' kata McGuinnes seperti dikutip New York Times, awal bulan ini.

Pajak dan etika bisnis memang kerap bersinggungan. Apalagi kalau dasarnya berorientasi ke penumpukkan modal (kapitalisme) dan laba. Dunia barat paling tenggang rasa terhadap dua hal ini. Sehingga cara apapun tampaknya 'layak' dilakukan.

Namun etika bisnis U2 dan Bono tidak mencerminkan apa yang mereka pesankan lewat konser musik atau lagu-lagunya. "Apa yang dilakukan Bono dan U2 untuk meminimalisasi pajaknya sangat inkonsisten dengan apa yang mereka sarankan ke pemerintah-pemerint ah untuk mengentaskan kemiskinan,'' cetus Richard Murphy, peneliti dari Tax Research LLC, asal Inggris.

Ada juga pihak yang menilai apa yang U2 lakukan ini serupa dengan kebiasaan perusahaan raksasa di dunia. ''Mereka memanfaatkan celah dalam aturan pajak. Saya tidak bilang bahwa apa yang U2 lakukan ini tidak adil, tapi tindakan mereka adalah hal yang lazim,'' kilah Prof Michael J Graetz dari Universitas Yale.

Hal inilah yang dilihat Jim Aiken sebagai dua muka dari U2. ''Sumbangan sosial yang paling berarti sebetulnya tidak perlu jauh-jauh ke Afrika, cukup bayar saja pajak Anda dengan benar!,'' kecam dia. stevy maradona

Bisnis-bisnis Itu

* Eventcorp (perantara konser)
* Mother Music (perusahaan rekaman)
* Mother Records (produksi rekaman)
* Remond (perantara konser)
* Sam Tours (perantara konser)
* Straypass (penyelenggaran konser)
* Target Tours (perantara konser)
* U2 Ltd (perusahaan pembuat master rekaman)
* Fair City Trust
* Princus Investment
* Thengel
* U2 Clothing Co
* Hotel Clarence di Dublin
* Kedai kopi Nude
* Edun (perusahaan pakaian)

Sumber: Bloomberg Market, Februari 2007. ( )

No comments: