Tuesday, November 18, 2008

belajar dr india 2 (dr milis tetangga)

Pendidikan India bisa jadi Alternatif

Jakarta, Kompas - Minat masyarakat Indonesia untuk melanjutkan studi ke India masih sangat kecil meski perguruan tinggi di India telah memiliki reputasi internasional, khususnya bidang teknik, teknologi informasi, dan manajemen.
Dibandingkan dengan di Australia, Amerika Serikat, dan Inggris-tiga negara yang menjadi tujuan utama masyarakat Indonesia yang belajar ke luar negeri-biaya studi di India masih relatif murah. Selain itu, biaya hidup di India juga tidak lebih tinggi dibandingkan biaya hidup di Jakarta dan kota-kota lain di Indonesia.

Menurut Sekretaris II Bidang Pendidikan dan Informasi Kedutaan Besar India di Jakarta Shri Kaisar Alam, sejumlah perguruan tinggi di India memiliki kualitas sebaik institusi pendidikan tinggi di negara-negara maju. Akan tetapi, kata Alam, rata-rata orang Indonesia belum tertarik untuk belajar di India. “Kami ingin mendorong orang-orang Indonesia untuk belajar di India,” kata Alam ketika ditemui di Jakarta, pekan lalu.

Sejumlah institusi perguruan tinggi di India memiliki reputasi yang baik di tingkat internasional, di antara Institut Teknologi India di Bombay, Delhi, Madras, Banglore, Calcuta, dan Roorkee. Di bidang manajemen terdapat Institut Manajemen India di Ahmedabad dan Bangalore.

Menurut Alam, di sejumlah perguruan tinggi tes masuk tidak hanya tes tertulis, tetapi juga tes wawancara dan diskusi kelompok. “Seleksinya sangat ketat. Di Insitut Teknologi India di Delhi, dari 200.000 peserta yang ikut tes hanya sekitar 6.000 orang yang lulus,” kata Alam.

Kepala Balai Penelitian Jasa Konstruksi Krisna Nur Miradi mengatakan, bidang-bidang studi yang ditawarkan di Institut Teknologi India Roorkee sangat spesifik. Ada bidang studi yang spesifik seperti gempa bumi, ruang angkasa, dan pembangunan sumber daya air. Bidang studi irigasi dan manajemen air serta pembangunan sumber daya air telah memiliki reputasi internasional. Banyak lulusannya yang menyerbu ke negara-negara Eropa.

Prasetyadi, yang baru menyelesaikan studinya di Institut Teknologi India Rooorkee, juga mengatakan bahwa sistem pendidikan tinggi di India tidak kalah dengan di negara-negara Barat. Tidak ada toleransi bagi mahasiswa yang menyontek dan para pengajarnya selalu siap melayani mahasiswa. Bahasa Inggris menjadi bahasa pengantar di kebanyakan perguruan tinggi. Bahkan, sejumlah sekolah dasar sampai menengah atas di India telah memakai bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar.

India memiliki tidak kurang dari 300 perguruan tinggi dan sekitar 10.000 kolese. (wis)

Sumber: Kompas

No comments: